Mengomentari sebuah hasil karya sastra dan
menghubungkanya dengan kehidupan Manusia
Pada kesempatan
kali ini, saya akan mengomentari sebuah novel berjudul “ Dan Hujan Pun Berhenti
“. Pasti kalian kalian bertanya - tanya kenapa saya memilih novel ini untuk
dikomentari ? nah jawabnya adalah karena menurut saya disamping ceritanya berbeda dengan kebanyakan cerita
teenlit yg beredar sekarang ini yang kebanyakan menulis cerita dengan tema yang
lebih banyak mengambil suasana sekolah dan kehidupan cinta yang ceria, tetapi didalam novel yang memiliki kesan gelap
yang sangat menonjol yang sudah terlihat dari cover yang berwarna hitam dan tagline
yang membuat penasaran dengan kata – kata mendalam yaitu bunuh diri. Tidak
hanya itu, kesan dark atau gelap juga terlihat dari jalan cerita dan karakter
Leo yang keras .
Didalam cerita
novel ini memiliki banyak nilai – nilai yang terkandung serta kuatnya pesan
dari penulis (Farida Susanty) yang ini disampaikan kepada pembaca. Selain itu cerita novel ini mengingatkan kita
akan pentingnya peran orang tua untuk membentuk karakter seorang anak, serta
pentingnya kasih sayang orang tua kepada anaknya. Kasih sayang orang tua sangat
berpengaruh terhadap tumbuh kembang seorang anak
Didalam cerita
novel “Dan Hujan Pun Berhenti “ bercerita
tentang kisah seorang pemuda yang hidup di tengah keluarga yang broken home
bernama Leostrada Miyazao. Dia selalu menjadi biang kerok atas kekacauan di
sekolah bersama geng-nya, The Bunch of Bastards. Kekerasan fisik dan
mental yang dia terima dari kedua orangtuanya, kematian tragis sang pacar,
konflik dengan teman se-geng, membuat hidupnya semakin hampa dan pada akhirnya
ia tidak lagi mau mempercayai orang – orang terdekatnya dan menganggap semuanya
pengkhianat. Pada suatu hari ia bertemu gadis bernama Spizaetus Caerina yang
sedang menggantungkan teru teru bozu ( boneka penangkal hujan khas
Jepang). Spiza melakukan itu demi melaksanakan niat bunuh diri, sesuai tagline
yang tertulis di cover novel. “Kamu mau bunuh diri?” “Ya, asal tidak hujan.”
Seperti Leo, Spiza membenci hujan. Hujan mengingatkannya pada peristiwa yang
teramat pahit di masa lalu. Kenangan buruk yang menghantuinya
dalam mimpi dan membuatnya merasa tak mampu melanjutkan hidup. Persamaan
tekanan batin membuat Leo dan Spiza dekat. Setelah remaja pria itu kehilangan
Iris untuk selama-lamanya. Anak muda yang sinis dan membenci keluarganya
sendiri ini menemukan pelabuhan teduh untuk jiwanya yang gersang. Meski begitu,
keberadaan Spiza tak urung melecut persoalan antara Leo dan teman-temannya satu
geng.
Untuk keseluruhan isi
cerita dari novel ini lebih banyak mengandung pemikiran yang mendalam mengenai
kerasnya hidup sehingga membuat seseorang memutuskan untuk bunuh diri. Dalam
novel ini juga banyak bertaburan umpatan, caci maki, kekerasan, kemarahan,
kedengkian, dan keputus asaan. Sebenarnya novel ini tidak baik dibaca oleh anak
dibawah umur dan kurang tepat juga jika dibaca oleh anda yang mengiginkan
sebuah hiburan karena novel ini juga butuh keseriusan dalam membacanya. Pembaca
dibawa menyelam ke kegelapan kehidupan sang tokoh yang membuat pembaca berdebar
– debar.
Namun disaat saya
membaca novel ini saya mata saya langsung terbuka bahwa betapa beruntungnya
saya memiliki orang tua yang sangat menyayangi saya, serta selalu memberikan
perhatian mereka walaupun terkadang saya suka mengecewakan mereka .
0 komentar:
Posting Komentar