Sabtu, 21 April 2012

Tugas 2 ilmu budaya dasar


Mengomentari sebuah hasil karya sastra dan menghubungkanya dengan kehidupan Manusia

Pada kesempatan kali ini, saya akan mengomentari sebuah novel berjudul “ Dan Hujan Pun Berhenti “. Pasti kalian kalian bertanya - tanya kenapa saya memilih novel ini untuk dikomentari ? nah jawabnya adalah karena menurut saya disamping ceritanya berbeda dengan kebanyakan cerita teenlit yg beredar sekarang ini yang kebanyakan menulis cerita dengan tema yang lebih banyak mengambil suasana sekolah dan kehidupan cinta yang ceria, tetapi didalam novel yang memiliki kesan gelap yang sangat menonjol yang sudah terlihat dari cover yang berwarna hitam dan tagline yang membuat penasaran dengan kata – kata mendalam yaitu bunuh diri. Tidak hanya itu, kesan dark atau gelap juga terlihat dari jalan cerita dan karakter Leo yang keras .
Didalam cerita novel ini memiliki banyak nilai – nilai yang terkandung serta kuatnya pesan dari penulis (Farida Susanty) yang ini disampaikan kepada pembaca.  Selain itu cerita novel ini mengingatkan kita akan pentingnya peran orang tua untuk membentuk karakter seorang anak, serta pentingnya kasih sayang orang tua kepada anaknya. Kasih sayang orang tua sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang seorang anak
Didalam cerita novel “Dan Hujan Pun Berhenti “ bercerita tentang kisah seorang pemuda yang hidup di tengah keluarga yang broken home bernama Leostrada Miyazao. Dia selalu menjadi biang kerok atas kekacauan di sekolah bersama geng-nya, The Bunch of Bastards. Kekerasan fisik dan mental yang dia terima dari kedua orangtuanya, kematian tragis sang pacar, konflik dengan teman se-geng, membuat hidupnya semakin hampa dan pada akhirnya ia tidak lagi mau mempercayai orang – orang terdekatnya dan menganggap semuanya pengkhianat. Pada suatu hari ia bertemu gadis bernama Spizaetus Caerina yang sedang menggantungkan teru teru bozu ( boneka penangkal hujan khas Jepang). Spiza melakukan itu demi melaksanakan niat bunuh diri, sesuai tagline yang tertulis di cover novel. “Kamu mau bunuh diri?” “Ya, asal tidak hujan.” Seperti Leo, Spiza membenci hujan. Hujan mengingatkannya pada peristiwa yang teramat pahit di masa lalu. Kenangan buruk yang menghantuinya dalam mimpi dan membuatnya merasa tak mampu melanjutkan hidup. Persamaan tekanan batin membuat Leo dan Spiza dekat. Setelah remaja pria itu kehilangan Iris untuk selama-lamanya. Anak muda yang sinis dan membenci keluarganya sendiri ini menemukan pelabuhan teduh untuk jiwanya yang gersang. Meski begitu, keberadaan Spiza tak urung melecut persoalan antara Leo dan teman-temannya satu geng.
Untuk keseluruhan isi cerita dari novel ini lebih banyak mengandung pemikiran yang mendalam mengenai kerasnya hidup sehingga membuat seseorang memutuskan untuk bunuh diri. Dalam novel ini juga banyak bertaburan umpatan, caci maki, kekerasan, kemarahan, kedengkian, dan keputus asaan. Sebenarnya novel ini tidak baik dibaca oleh anak dibawah umur dan kurang tepat juga jika dibaca oleh anda yang mengiginkan sebuah hiburan karena novel ini juga butuh keseriusan dalam membacanya. Pembaca dibawa menyelam ke kegelapan kehidupan sang tokoh yang membuat pembaca berdebar – debar.
Namun disaat saya membaca novel ini saya mata saya langsung terbuka bahwa betapa beruntungnya saya memiliki orang tua yang sangat menyayangi saya, serta selalu memberikan perhatian mereka walaupun terkadang saya suka mengecewakan mereka .

0 komentar:

Posting Komentar